Arsip Blog

Minggu, 25 Agustus 2019

u s a i bagian terakhir

 Tiga minggu yang lalu kuputuskan untuk membuat cerita berjudul u s a i.
Sudah ada dua part kuselesaikan hari itu part pertama dan terakhir, anehkan. Dan sampai sekarang aku enggan melanjutkan part part berikutnya, perasaanku tergiring saat menulis.

Selamat membaca bagian terakhir dari cerita  u s a i.

                                                ⌛⌛⌛⌛⌛⌛⌛⌛
Aku belajar merelakan.

Mengiring hatiku yang perlahan mengikhlaskan bahwa kita telah u s a i
menerima bahwa tak ada lagi alasan untuk kembali bersama.
Akhirnya aku sadar.
Mendengar namamu, dan mengetahui kau telah bahagia bersama dia.
Aku tidak lagi menangis.
Semoga kau temukan dirimu yang sebenarnya.

dari ku
yang berfotosintesis karenamu.

•••

Hari ini akhirnya aku wisuda setelah lima tahun berkuliah.

Sangat bersyukur atas segala nikmat.

Masalalu ada dan membuatku sekuat sebelumnya.

...

Aku merayakan ngilu dihati
yang entah untuk apa.
Karena sejatinya kita
sudah lama usai.
Happy wedding.

Aku menghadiri undanganmu.
Hotel berbintang lima, dekor yang sangat menawan membuatku tercengah. Aku mengerti sesukses apa engkau saat ini, tak membuat ku heran karena kau memang laki-laki terhebat yang pernah kukenal.

Aku naik kepelaminan menyalami mu mengatakan selamat kau hanya tersenyum. Mengarah ke Adikmu, entah mengapa wajahnya terlihat sedih saat melihatku, ku tebak sepertinya ia mengetahui perasaanku.

Harusnya aku. Kataku dalam hati

Ku tarik nafas didalam sambil memegang piring, aku melihatmu dipelaminan.

Sampai saat matamu dan mataku bertemu.
"Oh tuhan dia suaminya orang lain"

Sampai saat aku mencari Yura untuk pamit dan bertemu Om rendi.

"Zia pantas dapat yang baik karena zia baik, om tunggu undangan Zia"
Aku tersenyum tanpa mengatakan sepata kata.

Yura mengantarku "Ada banyak hal tak terduga dalam hidup kak"

Kujawab "Iya"

"Yura berharap kaka selalu bahagia"

"Aamiin"

Sampai saat aku sudah ingin masuk dalam mobil "Kak Nikol berterima kasih kaka telah hadir"

"Ohaha Jelas don hadir"

"Juga beterima kasih pernah mengenal kaka"

...

Agustus 2020

Aku bertemunya siang ini,

Seperti biasanya aku selalu saja dicafe saat istirahat makan siang. Cafe ini cukup luas terdiri dari 2 lantai, dekorasi monokrom membuatku betah. Aku selalu bersama capucino,pulpen dan buku dihadapanku, menulis kata-kata yang tidak pernah kupublikasikan.

Saat mataku fokus kepada pena ada yang jalan mengarah padaku, aku kira mas pelayan yang biasa menanyakan "Mau dessert apa". Saat langkah kaki itu berhenti aku spontan mengatakan "Tidak mas".

"Ini Nikol"

Aku langsung melihat keatas. Iya benar Nikol.

Ia langsung duduk didepan ku tanpa kusuruh, ia mulai berbicara "Apa kabar" kujawab baik-baik saja. Ia bertanya kembali "Lagi kerja apa" aku menjawab dengan senyum "Yah seperti yang kamu lihat".

"Sudah tunangan?" tanyanya kembali sambil matanya mengarah kepada jari manisku yang dibaluti cincin.

"Inikan cincin lama" jawabku. Aku pakai cincin ini mulai dar smp, saat pacaran dengannya aku juga pakai, yah dia memang melupakanku.

"Dia bagaimana?" Aku sebenarnya bingung mendengarnya.

"Dia?"

"Hahaha yang memboncengmu setiap saat dulu"

Ini membuatku semakin bingung, dia yang mana.

Pak Yusuf kah?, Mas Gibran kah?, atau reno?

Akhir-akhir ini aku berlangganan ojek dengan pak Yusuf tapi kata katanya yang membocengku dulu

Mas gibran mungkin, saat akhir-akhir kuliah Reno tidak bisa lagi membocengku karena ia masuk berkuliah diluar kota jadinya Ibu Maemunah menyarter Mas Gibran tukang gojek yang aku bayar setiap bulannya.

Atau Reno saat 2017 saat itu Reno selalu mengantarku. Nikol mulai sibuk saat itu, apalagi saat hubungan dengannya hancur, Reno lah yang mengantarku selalu. Dia nganggur satu tahun karena tidak lulus di PTN yang dia inginkan saat itu.

Jadi yang memboncengku saat kapan?

"Dulunya kapan?" Tanyaku kepada nikol.

"2017an lah"

"Bukan kamu yang pastinya" entah kenapa aku menjawab seperti ini.

"Iya siapa?"

"Reno"

"Dimana dia?"

"Kuliah"

"Belum lulus?"

"Sudah semester lima sepertinya?"

"masih sama?"

"ah?"

"Masih pacaran?" tanyabya lebih jelas.

"Dia sepupuku, ponakan Ibu Maemunah"

Dia diam tak mengeluarkan pertanyaan lagi.

Mungkin sudah tak ada lagi yang ia ingin tanyakan.

Jam sudah menunjukan jam 12:30 setengah jam lagi sudah masuk kerja.

"Deluan yah, sudah mau habis waktunya" kataku sambil membereskan buku dan pulpen.

"Tunggu, ada lagi"

"Jadi Reno itu sepupu kamu?" tanyanya.

Aku kembali duduk.

"Iyaa"

"Kata teman aku pacar kamu"

"Dia salah berarti"

"Iya, itu dulu aku minta putus karena itu"

Hati ini sesak. "Salah paham berarti"

Dia senyum sambil menundukan kepala.

Ia menghela nafas.

"Aku sakit mendengarnya, kita usai sebab hanya salah pahammu, aku tidak ingin lagi mengiring diriku kepada perasaan itu. Sakit Nikola. Terima kasih karena pernah ada, harapanku kau selalu ada dimuka bumi ini dengan sehat selalu" kataku.

Aku pergi meninggalkan cafe dengan segala rasa yang mendiam dihati ini.

Dulu aku selalu berfikir kita adalah takdir

...

Untuk Nikola Tesla
Kau menyembuhkan kehilanganku,
dan kau pergi
aku kehilangan.
Benar mungkin kataku dulu
semesta mengirimmu sebagai guruku.

Terima kasih
dari cinta pertamamu:

Semogajadi ayah yang baik bagi anak-anakmu



Bekasi. Agustus 2019