Arsip Blog

Senin, 16 Desember 2019

Indonesia Negeri 'Kaya' yang Miskin


Indonesia merdeka pada Jumat, 17 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Ir. Soekarno sebagai presiden pertama negara Indonesia, dengan di dampingi Drs. Mohammad Hatta wakil presiden negara Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta pusat. Indonesia dikenal Sejak jaman dahulu  sebagai negara memiliki kekayaan yang luar biasa memiliki 724 bahasa, 17.504 pulau, 1.340 suku bangsa.
Selain itu, Indonesia kaya akan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) yang menyebabkan penjajah masuk ke Indonesia kalai itu karena Sumber Daya Alam yang berlimpah yang dimiliki Indonesia, Hal ini menjadi alasan Indonesia dijajah oleh Portugis, Spanyol, Belanda, dan Jepang pada dahulu kala. Indonesia sebagai negara kepulauan memang memiliki sumber daya alam yang begitu luar biasa melimpah. Namun timbul pertanyaan menyinkronkan dengan keadaan Indonesia saat ini, yaitu pertanyaan 'Ada apa dengan Indonesia?'
Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dapat menjadi sektor yang dapat menjadikan Indonesia sebagai negara maju namun kekayaan alam Indonesia dinikmati oleh  investor asing. Investor asing masuk di Indonesia pada awal orde baru untuk menurunkan laju inflasi yang terjadi, namun hal ini hanya menguntungkan Indonesia sedikit dibandingkan keuntungan investor asing tersendiri. Hal ini sangat disayangkan yang seharusnya semua hal tersebut menjadi keunggulan Indonesia namun menjadi titik kelemahan bangsaku tercinta.
Indonesia Negeri yang Kaya! Bagaimana dengan penduduknya?
Membahas tentang penduduk mencangkup dengan aspek Sumber Daya Manusia (SDM) Penduduk Indonesia sebanyak 230 juta jiwa yang menjadikan pada posisi ke empat negara penduduk terbanyak di dunia. Hal ini seharusnya dapat menjadi keunggulan di Indonesia seperti hal-Nya yang dilakukan oleh Amerika Serikat yang mempunyai SDM yang unggul dan menjadikannya menjadi power country yang memanfaatkan segala keunggulan yang ada dinegaranya sebagai negara adidaya. Jika dibayangkan 230 juta jiwa penduduk Indonesia memiliki kualitas, keunggulan seperti Negara Amerika Serikat tidak dipungkiri untuk Indonesia menjadi Negara maju bahkan adikuasa yang akan menyaingi Amerika.
Menurut Tambunan (2015), Indonesia kaya akan sumber daya alam namun miskin akan sumber daya manusia. Konflik yang harus diselesaikan dalam pengelolaan sumber daya alam di Indonesia sangat banyak, namun yang menjadi permasalahan yang terbesar adalah ekonomi (menyangkut tentang kemiskinan), pendidikan dan pengetahuan serta hukum yang belum terlaksana. Memanfaatkan sumber daya alam adalah tindakan yang sangat kreatif ,namun yang menjadi masalah adalah masyarakat tidak mengetahui cara pemanfaatan sumber daya alam yang lestari. Harga kayu yang tinggi membuat masyarakat mengambil langkah untuk menebang pohon-pohon yang berada di hutan daerah mereka tinggal untuk mereka jual dan bahkan mereka mengizinkan orang-orang yang tidak bertanggungjawab untuk menebang habis pohon-pohon hanya dengan bayaran yang tidak seimbang. Penduduk Indonesia belum mampu untuk mengolah kekayaannya dengan optimal dan merata, hal ini berkaitan pada pemimpin- pemimpin Indonesia yang belum mampu mengarahkan dengan sebaik-sebaiknya pengolahan kekayaan-kekayaan Indonesia yang mampu membuat Indonesia menjadi lebih baik lagi.
Pendidikan pendudukan Indonesia pun masih rendah. Menurut Tambunan (2015) masyarakat pedesaan tidak mempunyai pendidikan yang layak, tidak mempunyai pengetahuan akan betapa pentingnya sumber daya alam tersebut, dan juga tidak mempunyai pengetahuan untuk mengolah sumber daya alam yang baik sehingga mereka tidak menyadari bahwa banyak hal di sekitar mereka yang bisa menjadi uang tanpa merusak alam yang begitu sempurna tersebut.
Hasil pertanian masyarakat sangat sedikit bahkan untuk memenuhi kebutuhan mereka tidak cukup. Hal ini disebabkan masyarakat tidak mempunyai pengetahuan, tidak mempunyai kemampuan atau skill dalam bertani yang baik, efektif maupun efisien. Sungai yang mengalirkan air terus menerus dapat menjadi sumber energi listrik bagi desa mereka, namun mereka tidak mempunyai pengetahuan akan hal tersebut sehingga tidak mampu menciptakan energi listrik yang mereka inginkan. Hamparan hutan yang sangat luas, sejuk dan indah, aliran air sungainya yang begitu jernih, keanekaragaman tumbuhan serta satwanya seharusnya dapat mereka gunakan sebagai sumber keuangan dengan menjadikan tempat wisata, namun mereka tidak mempunyai pengetahuan dan tidak mampu mewujudkan hal tersebut. Sinar matahari yang sepanjang tahun yang seharusnya dapat menjadi sumber energi listrik bagi mereka, namun tidak dapat mereka gunakan karena tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan akan hal tersebut. Sisa hasil pertanian yang mereka buang menjadi sampah yang tidak berguna mereka buat, beserta dedaunan yang berjatuhan di lantai hutan yang sangat amat banyak, ternyata dapat digunakan sebagai energi biomassa seperti bioetanol. Bioetanol yang berasal dari tanaman pertanian seperti serasah jagung, sayur-sayuran seperti kol, ubi, beserta tanaman pertanian lainnya dan dari berbagai macam daun pepohonan dapat diolah menjadi sumber energi bioetanol yang sangat mahal. Hal tersebut seharusnya dapat membuat masyarakat pedesaan menjadi kaya akan keuangan serta pendidikan yang layak, namun mereka tidak mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk mewujudkan hal tersebut.
Pemerintah seharusnya mengeluarkan kebijakan kebijakan untuk mendukung SDM yang unggul, namun sangat disayangkan mental korupsi Nepotisme, Kolusi, serta mental-mental untuk memperkaya diri, seakan sudah menggurita dan mendarah daging pada pemimpin negara ini yang sangat merugikan bangsa.
Hutang indonesia yang saat ini mencapai 4.915 Triliun merupakan bukti nyata tentang kegagalan negara dalam mengelola sumber daya alam Indonesia yang melimpah. Walaupun sudah dieksploitasi ratusan tahun lamanya oleh bangsa asing yang menjajah Indonesia , sumber daya alam Indonesia seakan tidak ada habisnya sehingga negara lain masih berbondong-bondong menjadikan Indonesia sebagai santapan.
Sumber Daya Alam (SDA),Indonesia negeri kaya akan Sumber Daya Alam namun Indonesia tetap negara berkembang, Bagaimana hal demikian bisa terjadi? Jawabannya tidak lepas dari sejarah kelam masa lalu Indonesia.
Indonesia merupakan satu kepulauan dengan lebih dari 3000 pulau. Kesulitan pokok dalam menyelenggarakan pemerintah negara semacam itu diperparah oleh banyaknya suku bangsa, agama, dan keanekaan penghidupan di antara rakyatnya. Kejemuannya itu dipersatukan menjadi sayu kesatuan politik yang tunggal oleh pemerintahan belanda yang semakin meluas "Bhineka Tunggal Ika", motto negara Republik Indonesia telah menjadi satu tujuan nasional yang luas, dan sedemikian luas telah diterima sejak 20 tahun yang lalu, paling tidak dengan meluasnya bahasa nasional melalui satu sisten pendidikan nasional, yang mungkin merupakan sumbangan Soekarno yang paling besar (Ardnt, 1994)
Ardnt menjelaskan dalam buku Pembangunan Ekonomi Indonesia bahwasanya Kesalahan Sukarno yang terbesar terhadap rakyatnya adalah penolakannya khususnya pada tahun-tahun terakhir pemerintahannya, dalam menghadapi persoalan-persoalan ekonomi negara yang demikian kompleks, yang dirasionalkan dengan jampi-jampi yang melantunkan tentang "kekayaan" Indonesia Suatu pandangan bahwa Indonesia itu sebuah negara yang kaya" telah menjadi dongeng di luar negeri seperti halnya di dalam negeri. Tinggal ada 3 kenyataan yang kesemaannya bervariasi tingkat memperdayakannya, yaitu kesuburan tanah di Jawa, tumbuhan yang lebat dari hutan-hutan di Sumatera dan Kalimantan, dan sumber-sumber mineral negara tersebut.
Tentu saja, jenis tanah vulkanis Jawa sangat subur (meskipun banyak bagian pulau tersebut berbukit-bukit) dan kira-kira 150 tahun yang lalu, dengan penduduknya sekitar 5 juta orang, sudah semestinya ia merupakan masyarakat yang makmur menurut ukuran masyarakat petani tradisional. Saat ini jumlah penduduknya mendekati 80 juta orang, yang berkembang hampir 3% per tahun, dan tekanan penduduk terhadap tanah secara pasti mendekati satu situası Malthusian, dengan semakin meluasnya kekurangan gizi yang kronis. Dengan pengecualian atas beberapa wilayah, misalnya beberapa bagian dari Sumatera Utara, yang sering disebut "tanah seberang": kesuburannya kurang dibanding Jawa, keadaan tanah pulau tersebut dan hamnir seluruhnya menjadi hutan (tanpa investasi yang mahal mahal untuk membuka hutan dan memperbaiki mutunya).
Ardnt menilai Indonesia memang banyak memiliki sumber sumber mineral, khususnya industri minyak yang kaya dan produktif, dan baru 5% wilayah yang benar-benar telah disurvei yang secara pasti akan diketemukan lebih banyak lagi. Pada sisi lain, Indonesia kekurangan sumber galian yang sangat penting dari dua jenis barang tambang yang hingga saat ini merupakan dasar bagi pengembangan industri-yaitu besi dan Batubara.
Akan tetapi semuanya ini, masih berada di luar jangkauan. Sumber-sumber alam yang memesonakan bagi orang awam tersebut hannyalah merupakan bagian dari keseluruhan potensi pembangunan ekonomi. Meskipun sumber-sumber alam demikian baik dimiliki, khususnya dalam keadaan seperti di Indonesia, tetapi orang masih perlu memperhatikan pembangunan ekonomi yang hebat di Jepang untuk menyadari bahwa apa yang sesungguhnya masuk perhitungan bukanlah sumber alam saja akan tetapi pada sumber daya manusia dan modal buatan manusia, kegiatan berusaha dan keahlian rakyat serta persediaan modal produktif yang secara bertahap mereka kumpulkan melalui tabungan. Dari keduanya itu, yang tersebut terdahulu lebih bersifat fundamental. Jerman dan Rusia, dengan kelengkapan tenaga ahli mereka, hanya memerlukan 10 tahun untuk memulihkan kembali perekonomian mereka yang hancur karena perang. Indonesia yang merdeka, yang kekurangan tenaga ahli dan pengetahuan pada hampir segala bidang dan dengan satu warisan kebudayaan yang tidak selalu kondusif terhadap pembangunan ekonomi, selama 15 tahun salah urus, telah mengabaikan penghancuran sedemikian banyak modal yang dibuat oleh Belanda.
Selama pemerintahan mereka yang lama atas Hindia Timur. Belanda mengembangkan apa yang dalam hal tertentu dipandang sebagai sebuah model ekonomi kolonial. Mereka membuat perkebunan-perkebunan. jalan-jalan. jaringan kereta api, jaringan jaringan ini. prasarana umum, kota-kota besar dan kecil, dan bahkan membuat beberapa pabrik, khususnya pertenunan kain. Tetapi dalam mengerjakan semua ini Belanda mendapat bantuan sejumlah modal dari negara barat yang lain. Mereka memerintah daerah jajahan, mengurus pelayanannya, mengelola bidang usaha yang lebih besar, pabrik-pabrik dan perkebunan-perkebunan, mengisinya dengan tenaga profesional-lebih  200.000 orang Belanda. Bidang usaha yang berskala kecil, yakni perdagangan di kota-kota kecil dan di daerah-daerah pedesaan, sebagian besar berada di tangan orang-orang Cina dari seberang.
Ardnt juga mengkritik pedas bahwasanya sebagian besar orang Indonesia, tidak bersedia atau tidak berkeinginan untuk bekerja yang memerlukan ketrampilan yang lebih tinggi dan ketika memang tidak ada pendidikan maupun latihan untuk itu pemerintahan Belanda berakhir, hanya ada sejumlah kecil "orang pribumi yang mencapai pendidikan tinggi, dengan pengalaman di bidang administrasi perusahaan atau jabatan-jabatan keahlian. Ciri-ciri dasar keterbelakangan Indonesia yang demikian ini masih harus ditambah dengan akibat-akibat dan hampir satu generasi kekacauan perang dan politik Perekonomian hampir tidak pernah bangkit dari Depresi Besar tahun 1930-an yang ketika itu dipukul oleh politik "bumi hangus Belanda" pendudukan Jepang dan kehilangan pasar ekspor selama Perang Dunia II Hampir selama lima tahun sesudah proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945 Pemerintah Belanda membebani Indonesia untuk yang terakhir kalinya melalui usaha-usaha mereka untuk membangun kembali pemerintahan kolonial dengan kekuatan senjata Tahun-tahun 1950-an merupakan tahun-tahun harapan bagi kestabilan politik dan pembangunan ekonomi Tetapi bersamaan waktunya tahun-tahun ini diselingi pula dengan pemberontakan pemberontakan dan detaan-pendentaan karena masih yang menggeser usaha-usaha keuangan Selama beberapa tahun. Sukarno berusaha menjaga keseimbangan antara kekuatan kekuatan antara kekuatan-kekuatan yang berlawanan dari Angkatan darat dan Partai Komunis. Tetapi ketika kesulitan-kesulitan Angkatan Darat dan Partai Komunis bagi dirinya meningkat ia terbawa arus dan meningkat. ia terbawa arus dari 'demokrasi terpimpin' ke kediktatoran yang terang-terangan; dari pengusiran orang Belanda dan orang-orang Eropa, yang lain sampai ke avonturisme asing, kampanye Iran Barat dan "konfrontasi" dengan Malaysia; dan semakin bertambahnya kekuatan komunis di dalam dan di mana-mana. Pada buku Pembangunan Ekonomi Ini sangat jelas bahwasanya Indonesia dari dahulu kala mewariskan keadaan miskin dengan kekayaan yang berlimpah secara terus menerus dan susah untuk diperbaiki.
Indonesia dikenal Indonesia dikenal dengan negara gemah ripah loh jenawi kata Jong Java, negara yang kaya raya dengan sumber daya alam diibaratkan dalam lagu Koes Plus- Kolam Susu kutipan lirik "Tongkat kayu dan batu jadi tanaman" bertapa kayanya dan suburnya bumi khatulistiwa Indonesia ini. Indonesia Terkenal subur dan sebagai penghasil padi sudah sejak dulu kala. Lalu, Kenapa Pertanian Indonesia tidak maju?
Penyebab ketertinggalan pertanian di Indonesia berdasarkan fakta yang ada di lapangan,  antara lain; 1). infrastruktur pertanian yang terabaikan,  2). organisasi tani kurang berfungsi, 3). akses pada lembaga keuangan lemah, 4). investasi rendah, 5). akses pasar lemah, 6). Petani terpinggirkan,  7). kualitas SDM petani yang mayoritas rendah, dan 8). Sistem penyaluran dana program ketahanan pangan tidak transferan. Kedelapan masalah pokok yang menjadi hambatan Petani Indonesia berkualitas dan mampu bersaing dengan Negara-negara lain, merupakan tanggung jawab bersama yang harus di fasilitasi dengan sungguh-sungguh oleh pemerintah dan oleh karenanya cegah semua bentuk penyelewengan dana program untuk ketahanan pangan (Slamet, 2015)
Pertanian di Indonesia dapat dikatakan sebagai roda penggerak perekonomian nasional. Selain menghasilkan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pertanian juga sedang menjadi prioritas untuk ditingkatkan produktivitasnya.
Kondisi pertanian di Indonesia, kini terasa cukup memprihatinkan. Di mana Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris (negara yang maju pertaniannya), sekarang malah mengimpor makanan pokoknya dari negara lain. Bukan hanya beras tetapi hasil pertanian lain pun mengalami nasib yang demikian. Beras di impor ke Indonesia karena beras belum mencukupi kebutuhan penduduknya dimana penduduk Indonesia sebanyak 264 juta jiwa jumlah penduduk yang tidak terkendali, meskipun sudah ada program Keluarga Berencana dari pemerintah. Hal ini tidak sesuai dengan kebutuhan pangan yang di produksi pangan Indonesia. Hal ini sesuai yang dengan "laju pertumbuhan penduduk seperti deret hitung, dan laju pertumbuhan pangan seperti deret ukur" (Malthus, 1978).
Pertanian Indonesia sekarang berkembang dengan baik. Masih ada beberapa faktor lagi yang membuat Indonesia harus mengimpor beberapa hasil pertanian utamanya beras, seperti lahan pertanian yang semakin sempit. Kemajuan teknologi dan merabaknya industri di Indonesia membuat pertanian yang menggunakan metode sederhana ini semakin memudar keberadaannya. Persawahan yang membentang luas di tiap daerah kini mulai terkikis tergantikan pabrik-pabrik yang mungkin kurang bersahabat dengan alam.
Indonesia belum mampu mengelola pertaniannya secara keseluruhan dan pemerataan perkembangan pertanian. Indonesia yang kurang mampu membeli teknologi yang canggih menyebabkan Indonesia masih tertinggal dalam sektor pertanian dari negara-negara lainnya. Indonesia memang telah mengoptimalkan mesin-mesing canggih yang diberikan oleh petani namun hal itu tidak merata, dan terjadi statistikasi petani kaya yang mampu membeli mesin canggih semakin kaya dan petani miskin semakin miskin.
Meskipun perkembangan pertanian di Indonesia memiliki prospek dan berjalan sangat baik hingga saat ini, bukan berarti tidak ada tantangan. Justru meningkatnya potensi pertanian tersebut, pemerintah maupun pelaku bidang pertanian harus lebih siap menghadapi tantangan di era dengan kemajuan teknologi informasi. Adapun beberapa tantangan itu di antaranya adalah pembangunan sumber daya manusia di sektor pertanian. Untuk menyejahterakan petani, pemerintah pun menggalakkan program kredit usaha, koperasi dan asuransi bagi petan. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari petani menjual hasil pertanian kepada tengkulak yang dirasa sangat merugikan. Namun pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Petani kita tertinggal dan terpinggirkan bahkan petani di identikkan dengan kemiskinan. Biro Pusat Statistik (BPS) per Maret 2011 masih ada 30.02 juta penduduk berada dalam kondisi miskin dengan komposisi penduduk miskin pedesaan sebanyak 18.97 juta jiwa dan 11.05 juta penduduk miskin perkotaan. Jumlah penduduk yang rentan miskin sebanyak 27 juta jiwa. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu yang dijelaskan pada buku Pembangunan Ekonomi Indonesia bukan saja kurang memberdayakan  sektor pertanian keseluruhan. 
Pemerintah hendaknya meniru program pertanian di Jepang. Di sana, pemerintah menghargai para petaninya dengan memberikan kompensasi kepada mereka yang mau menggarap lahannya. Pemerintah juga perlu merumuskan teknologi baru dan menciptakan pangan alternatif, pemerintah harus membuat teknologi sendiri agar tidak lagi sebagai pemakai teknologi dari negara-negara lain juga sebagai pembuat teknologi.
Menurut Tambunan (2015) Beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan sumber daya alam Indonesia, yaitu: Meningkatkan ilmu pengetahuan seluruh masyarakat cara pengelolaan sumber daya alam yang baik dan lestari, Kedua menyadarkan masyarakat bahwa banyak hal-hal di sekelilingnya yang bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan seperti pemanfaatan sampah pertanian yang dapat menjadi sumber bioetanol, sinar matahari, aliran sungai, angin dapat menjadi sumber energi listrik, ketiga memperkenalkan masyarakat hasil hutan non kayu yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi seperti tanaman obat, pemanfaatan nira yang menjadi berbagai jenis gula, getah kemenyan, getah pinus, getah damar dan lain-lain, adapun yaitu memperkenalkan masyarakat pemanfaatan lahan pertanian yang maksimal seperti dengan sistem agroforestry dan lain-lain, yang diperlukan untuk memperketat pengawasan di lapangan oleh pemerintah terhadap pengelolaan sumber daya alam, dan pemerintah harus menjalankan hukum dengan baik tanpa pandang bulu dan lain-lain. Hal ini harus dioptimalkan untuk Indonesia menjadi negara yang maju.
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan segala kekayaan yang ada belum memanfaatkan dengan optimal hal ini sangat disayangkan yang seharusnya menjadi keunggulan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ardnt, H.W. 1994.  Pembangunan Ekonomi Indonesia. Gadjah Mada University Pers. Yogyakarta
Malthus, Thomas. 1798. An Essay On The Principle Of Population. J. Johnson. Inggris
Tambunan,  Joel. 2015. Indonesia Kaya Akan Sumber Daya Alam namun Miskin Sumber Daya Manusia. Medan
Slamet, Suryana. 2015. Krisis Pangan: 8 Penyebab Pertanian Indonesia Teringgal. Magelang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar